Senin, 02 Mei 2016

Sebuah Peluang Bisnis yan Menjanjikan

Sebuah Peluang Bisnis yang Menjanjikan

Saat ini, unggas penghasil daging yang utama di Indonesia adalah ayam ras pedaging atau yang umum disebut ayam broiler. Selain broiler, unggas penghasil daging lainnya adalah ayam kampung, itik, entok, burung dara, dan burung puyuh. Sebelum ayam ras masuk ke Indonesia, ayam kampunglah yang menjadi sumber utama penghasil daging unggas.

Sampai sekarang pun ayam kampung masih tetap menjadi sumber daging unggas yang potensial kendati posisinya masih berada di bawah ayam ras. Sebagai unggas penghasil daging, ayam kampung memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ayam kampung dibandingkan dengan ayam ras adalah tahan terhadap gangguan stres dan rasa dagingnya gurih sehingga banyak diminati konsumen, terutama untuk masakan olahan, seperti soto; ayam pop; kare ayam; atau ayam sayur.

Ayam kampung pedaging. banyak diminati konsumen karena rasa dagingnya yang gurih

Sedangkan kekurangan ayam kampung adalah perkembangbiakannya relatif lambat karena volume produksi telurnya relatif kecil dan sifat penetasan alaminya (mengeram) masih tinggi. Selain itu, pertumbuhan ayam kampung juga telatif lambat dan kerangka tubuhnya kecil sehingga pembesarannya memerlukan waktgu yang cukup lama.

Misalnya untuk mencapai bobot 1,4 - 1,8 kg, seekor ayam kampung memerlukan masa pemeliharaan sekitar enam bulan. Sementara itu, ayam ras hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan. Peternakan ayam kampung yang dikelola secara intensif masih terbatas jumlahnya. Umumnya, ayam kampung dipelihara secara umbaran (tradisional) dan banyak dijumpai di pedesaan. Sejalan dengan perkembangan perekonomian mendorong banyak pihak untuk membuka peternakan ayam kampung. Mulai tahun 1960 peternakan ayam kampung lambat laun mulai berkembang.

Namun perkembangannya masih pada skala kecil hingga menengah. Kendati demikian, peternakan-peternakan tersebut menunjukkan perkembangan usaha yanng semakin menguntungkan. Kini, kondisi peternakan ayam kampung semakin marak. Para pemodal yang semula kurang tertarik, mulai mencoba menekuni bisnis ini.

Saat ini, permintaan ayam kampung untuk memenuhi kebutuhan restoran, pasar swalayan, atau pasar tradisional masih cukup besar. Namun, hingga sekarang, peternak yang siap menyuplai secara rutin belum ada. Lalu, dari mana aslanya ayam-ayam kampung saat ini banyak beredar di pasaran ? Selama ini, ayam-ayam kampung tersebut disuplai oleh para pengumpul yang mendapatkan pasokan dari beberapa peternakan ayam kampung yang dikelola secara intensif atau tradisional.

Berdasarkan data di lapangan, serapan pasar ayam kampung cukup besar, misalnya sebuah rumah makan padang di daerah Kebayoran Baru, Jakarta, setiap harinya membutuhkan sekitar 20-40 ekor ayam kampung umur 3 bulan. Kebutuhan sebesar itu baru dari satu rumah makan. Bisa dibayangkan berapa banyak rumah makan yang membutuhkan ayam kampung setiap harinya. Belum lagi kebutuhan rumah makan "raja ayam kampung"Ny. Suharti dan Mbok Barek. Gambaran di atas setiadaknya bisa menjadi indikator masih tingginya kebutuhan ayam kampung.

Pemasukan rupiah dari bisnis ayam kampung juga menggiurkan. Hitung-hitungan sederhananya demikian. Misalkan harga daging ayam kampung setiap 1 kg sekitar Rp. 10.000,-. Jika setengah saja dari penduduk jakarta yang berjumlah sekitar 9,5 juta jiwa, setiap bulannya rata-rata mengonsumsi daging ayam kampung sebanyak 1 kg, nilai rupiah yang berputar di pasaran sudah mencapai Rp. 47,5 milyar per bulan.

Permintaan ayam kampung untuk memenuhi restoran, pasar swalayan, atau pasar tradisional cukup besar. Namun belum ada peternak yang siap menyuplainya secara rutin. 

Sebuah angka rupiah yang tidak kecil, itupun baru pasar jakarta, belum termasuk kebutuhan kota-kota lain yang tersebar di Indonesia. Kenyataan ini bukan hanya isapan jempol. Alasannya cukup kuatn, karena dibandingkan dengan daging hewan lain, daging ayam (baik kampung maupun ras) lebih familiar untuk dikonsumsi sehari-hari.
Belakangan ini, daging ayam kampung juuga mulai merambah manca negara. Rasa dagingnya yang gurih dan lezat, sangat digemari oleh masyarakat di kawasan Asia terutama Jepang, Singapura, dan Hongkong. Ketiga negara tersebut menaruh minat cukup besar terhadap ayam kampung, bahkan sampai sekarang belum bisa dipenuhi oleh peternak-peternak di Indonesia. Melihat fenomena ini, beternak ayam kampung bisa menjadi peluang investasi agribisnis yang menjajikan dan tidak kalah dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Ayam kampung pedaging. Tahan stres, sayangnya pertumbuhannya lambat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar